Beranda | Artikel
Serial Fiqih Doa dan Dzikir No 168: BACAAN DZIKIR PAGI-PETANG (Bagian-12)
Senin, 17 Oktober 2022

Dzikir pagi dan petang amat beragam bacaannya. Antara lain:

BACAAN KEDUABELAS:

Membaca kalimat tahlil setiap pagi dan setiap petang.

Adapun mengenai jumlahnya, maka boleh dibaca satu kali, atau sepuluh kali setiap pagi dan sore. Atau seratus kali di pagi hari.

Redaksi tahlilnya adalah sebagai berikut:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah kerajaan dan milik-Nya lah segala pujian. Dia Maha kuasa atas segala sesuatu”.

Dalil Landasan

Dzikir tersebut dibaca minimal satu kali di pagi hari dan satu kali di waktu sore.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ“؛ كَانَ لَهُ عِدْلَ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَكُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ، وَحُطَّ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ، وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ، وَكَانَ فِي حِرْزٍ مِنَ الشَّيْطَانِ حَتَّى يُمْسِيَ. وَإِنْ قَالَهَا إِذَا أَمْسَى كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ حَتَّى يُصْبِحَ

“Barang siapa di pagi hari membaca “Lâ ilâha illallôhu wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alâ kulli syai’in qodîr”; maka ia akan mendapatkan pahala seperti memerdekakan seorang budak keturunan Nabi Ismail. Dia juga akan dikaruniai sepuluh pahala, dihapuskan sepuluh dosanya, diangkat derajatnya sepuluh tingkat, serta diberi perlindungan dari setan hingga sore hari. Bila ia membacanya di sore hari, maka ia juga akan mendapatkan ganjaran serupa hingga esok hari”. HR. Abu Dawud dari Abu Ayyasy radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh al-Albaniy.

Lebih baik lagi jika dzikir ini dibaca sepuluh kali di pagi hari dan sepuluh kali di waktu sore.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ“، مَنْ قَالَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ حِينَ يُصْبِحُ؛ كُتِبَ لَهُ بِهَا مِئَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَ عَنْهُ بِهَا مِئَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ عَدْلَ رَقَبَةٍ، وَحُفِظَ بِهَا يَوْمَئِذٍ حَتَّى يُمْسِيَ. وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي؛ كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ.

Barang siapa di pagi hari membaca sepuluh kali: “Lâ ilâha illallôhu wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alâ kulli syai’in qodîr”; akan dituliskan baginya seratus pahala, dihapuskan seratus dosanya, mendapatkan pahala seperti memerdekakan budak, serta hari itu akan dijaga hingga sore hari. Barang siapa yang membacanya sebanyak itu di sore hari; maka ia akan memperoleh ganjaran serupa”. HR. Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Isnadnya dinyatakan sahih oleh Ahmad Syakir dan al-Arna’uth.

Paling afdhal bila dzikir tersebut dibaca seratus kali. Tidak harus dibaca di pagi hari. Kapanpun boleh. Namun jika dibaca di pagi hari lebih baik. Agar kita mendapatkan perlindungan sejak dini.

Dalam hadits sahih diterangkan,

مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ؛ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ. وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ“.

“Barang siapa dalam sehari membaca seratus kali: “Lâ ilâha illallôhu wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alâ kulli syai’in qodîr”; maka dia akan mendapatkan pahala seperti memerdekakan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus pahala, dihapuskan seratus dosanya, serta mendapat perlindungan dari setan hingga sore hari. Tidak ada seorangpun yang bisa memperoleh pahala lebih dari itu, kecuali bila ia membacanya lebih banyak dari jumlah tersebut”. HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di akhir hadits, “Tidak ada seorangpun yang bisa memperoleh pahala lebih dari itu, kecuali bila ia membacanya lebih banyak dari jumlah tersebut”, menunjukkan bolehnya membaca dzikir tersebut lebih dari seratus kali. Barang siapa melakukan hal itu, maka pahala yang diraihnya pun akan lebih banyak pula.

Renungan Kandungan

Hadits-hadits di atas memberikan pelajaran, betapa istimewanya bacaan tahlil. Kalimat tauhid. Dzikir paling utama dari sekian banyak dzikir yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di awal bacaan tahlil, kita berikrar bahwa satu-satunya yang berhak diibadahi dan disembah hanyalah Allah ta’ala. Tidak ada satupun yang pantas disembah kecuali Dia. Tak ada sekutu bagi-Nya.

Mengapa demikian?

Sebab kerajaan alam semesta ini hanya milik Allah. Tidak ada selain Dia yang memilikinya. Walaupun hanya secuil. Adapun yang dimiliki raja-raja dunia, sejatinya itupun pemberian dari Allah. Kapanpun bisa dicabut oleh-Nya. Sehingga tidak ada cerita raja dunia berkuasa selama-lamanya. Pasti kekuasaannya akan berakhir. Cepat atau lambat.

Karena itulah kita memuji Allah ta’ala. Atas segala keagungan yang dimiliki-Nya. Juga atas segala karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Lalu di akhir dzikir mulia tersebut, kita mengakui kemahakuasaan Allah. Kita menyatakan bahwa Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Sehingga seharusnya dalam segala permasalahan, kita kembalikan kepada Allah. Karena di tangan-Nya lah segala urusan dan keputusan.

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 7 Rajab 1441 / 2 Maret 2020


Artikel asli: https://tunasilmu.com/serial-fiqih-doa-dan-dzikir-no-168-bacaan-dzikir-pagi-petang-bagian-12/